Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sistem Ekonomi Sosialis, Pengertian, Sejarah, Konsep, Perkembangan dan Ciri_Cirinya

Ini membahas perihal pengertian dan konsep dasar sistem ekonomi sosialis-komunis murni dan variasinya dalam perkembangan sejarah. Pada bagian awal akan dipaparkan filosofi (paham/ideologi) yang menjadi dasar sistem ekonomi sosialis-komunis. Bahasan diikuti dengan uraian perihal ciri-ciri sistem ekonomi sosialis-komunis (murni) sesuai dengan pandangan pemikir-pemikirnya. Untuk memperkaya pemahaman mahasiswa maka akan diuraikan ilustrasi praktik berlakunya sistem ekonomi sosialis-komunis di dunia.

Pada bagian selanjutnya akan dibahas perkembangan pemikiran dan praktik sistem ekonomi sosialis yang telah mengalami perubahan (transformasi) ke dalam sistem ekonomi sosialis pasar (market socialism). Kali ini juga membahas bagaimana sistem ini berbeda dengan sistem sosialis-komunis (murni) dalam hal ciri-ciri penerapannya yang sudah mengalami modifikasi (penyesuaian) dengan kondisi sosial-ekonomi masyarakat. Pada bagian akhir akan diberikan contoh kasus penyelenggaraan sistem ekonomi sosialis-pasar terutama di negara-negara yang dulunya berpaham komunis seperti halnya China.

Sistem Ekonomi Sosialis, Pengertian Sejarah, Konsep, Perkembangan dan Ciri_Cirinya
Sistem Ekonomi Sosialis

Setelah mempelajari pembahasan ini secara umum Anda diharapkan mampu menjelaskan dan menganalisis konsep dan penerapan sistem ekonomi sosialis-komunis dan sistem ekonomi sosialis-pasar beserta perbedaan di antara keduanya. Indikator kompetensi yang menunjukkan keberhasilan Anda dalam mempelajari pembahasan ini adalah Anda diharapkan mampu:

  1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar sistem ekonomi sosialis- komunis.
  2. Menganalisis ciri-ciri penerapan sistem ekonomi sosialis di dunia.
  3. Menjelaskan praktik-praktik sistem ekonomi sosialis-komunis di negara- negara komunis.
  4. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar sistem ekonomi sosialis pasar dan perbedaannya dengan sistem ekonomi sosialis-komunis (murni)
  5. Menjelaskan ciri-ciri sistem ekonomi sosialis pasar dan praktiknya di negara-negara bekas komunis.

SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI SOSIALIS

Munculnya paham sosialis merupakan antithesa dari sistem ekonomi kapitalis. Ada keterkaitan erat, baik kritik Marx terhadap sistem ekonomi kapitalis maupun evedensi pijakan teori paham sosialis. Marx secara jujur, bahkan lebih jujur dari kaum feodal sendiri, mengakui bahwa pada tataran nilai, terutama kapitalis-feodal memang penuh dengan nilai suci dan luhur, dengan sikap dan adat seperti kerukunan, kegotong-royongan, dan penghormatan terhadap penguasa atau bangsawan, dengan tatanan sosial di mana kedudukan di atas dan di bawah dianggap sesuatu yang adiduniawi. Namun dari nilai suci ini pula, Marx menemukan arah terjangnya terhadap kapitalis yang kemudian, dalam teorinya, dijadikan hulu ledak bagi lahirnya revolusi sosial.

Menurut Karl Marx segala macam hubungan, tatanan, sikap, perasaan, upacara, dan norma feodal itu sebenarnya tidak lebih dari pada selubung suci (dari sini pula kemudian Marx mengatakan bahwa agama adalah candu) yang menutup-nutupi eksploitasi kelas-kelas atas feodal terhadap kelas-kelas bawah. Di belakang perasaan sungkan dan hormat masyarakat terhadap penguasa serta kepercayaannya akan kebaikannya tersembunyilah kerakusan kelas-kelas atas yang hidup dari pekerjaan rakyat. Nilai-nilai feodal tidak lebih dari selubung idelogis kenyataan bahwa masyarakat feodal adalah masyarakat berdasarkan penghisapan manusia atas manusia, yang menyebabkan alienasi, keterasingan seseorang dari apa yang telah dibuat oleh tangannya sendiri.

Eksploitasi dan persaingan inilah yang kemudian membentuk kelas proletarian. Sebagaimana diketahui hukum keras kapitalisme adalah persaingan. Demi persaingan, produktivitas produksi harus ditingkatkan terus-menerus. Artinya, biaya produksi perlu ditekan serendah mungkin sehingga hasilnya dapat dijual semurah mungkin dan dengan demikian menang terhadap hasil produksi saingan. Dengan demikian, lambat-laun semua bentuk usaha yang diarahkan secara tidak murni ke keuntungan akan kalah. 

Dan itu berarti bahwa hanya usaha-usaha besar yang dapat survive. Toko-toko dan perusahaan-perusahaan kecil tidak dapat menyaingi efisiensi kerja usaha-usaha besar. Lama-kelamaan semua bidang produksi maupun pelayanan dijalankan secara kapitalistik. Yang akhirnya tinggal dua kelas sosial saja; para pemilik modal yang jumlahnya sedikit dan modalnya amat besar, dan kelas buruh yang jumlahnya banyak dan tak punya apa-apa.

Kelas buruh menjadi semakin sadar akan situasinya, akan ekploitasi yang mereka derita, akan kesamaan situasi mereka sebagai kelas proletariat. Mereka berhadapan dengan kaum kapitalis, kemudian kaum buruh mengorganisasikan diri dalam serikat-serikat buruh. Dengan demikian perjuangan proletarian semakin efektif. Solidaritas antara mereka semakin besar. Menurut Marx, kaum kapitalis yang memproduksi kelas proletar yang akan menghancurkan kapitalis sendiri, yakni ledakan revolusioner oleh kaum proletar yang tak dapat dihindari.

Revolusi itu pada permulaannya, kata Marx, bersifat politis; proletariat merebut kekuasaan negara dan mendirikan “kediktatoran proletaritat”, mereka menggunakan kekuasaan negara untuk menindas kaum kapitalis untuk mencegah kaum kapitalis memakai kekayaan dan fasilitas luas yang masih mereka kuasai. Apabila sisi-sisi perbedaan kelas dalam masyarakat sudah hilang, maka dengan sendirinya kediktatoran proletariat juga hilang karena tidak ada kelas yang perlu diawasi dan ditindas lagi. Jadi dengan merebut kekuasaan dan menghapus hak milik pribadi, proletariat akhirnya menciptakan masyarakat tanpa kelas. Dalam masyarakat tanpa kelas, negara sebagai 'panitia untuk mengurus kepentingan borjuis' tidak mempunyai dasar lagi; “negara tidak ‘dihapus’, negara menjadi layu dan mati sendiri. Maka komunisme itu adalah ‘loncatan umat manusia dari kerajaan keniscayaan ke dalam kerajaan kebebasan’ (Hadi, 2006: 1-2).

KONSEP PEMIKIRAN EKONOMI SOSIALIS

Darsono (2002: 1) mengemukakan bahwa sosialisme ialah suatu ideologi yang mengagungkan kapital milik bersama seluruh masyarakat atau milik negara sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia. Kepemilikan bersama kapital atau kepemilikan kapital oleh negara adalah dewa di atas segala dewa, artinya semua yang ada di dunia ini harus dijadikan kapital bersama seluruh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui sistem kerja sama, hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama, dan distribusi hasil kerja berdasar prestasi kerja yang telah diberikan. 

Rousseau mengajukan pendapat bahwa hak milik perorangan merupakan perampokan dan dalam tata kehidupan ilmiah hal semacam itu tidak dikenal. Dalam rumusan slogan sosialis yang sangat terkenal, Louis Blanc menyatakan “setiap orang bekerja sesuai kemampuannya dan setiap orang mendapat bagian sesuai kebutuhannya”.

Hakikat Ideologi Sosialisme

Ideologi sosialisme hakikatnya adalah menelanjangi keserakahan kapitalisme. Bapak ideologi sosialisme adalah Karl Marx dengan Teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis, dan Das Kapital. Kemudian ideologi sosialisme dikembangkan oleh Althusser dengan Teori Strukturalisme, Antonio Gramsci dengan Teori Hegemoni, Samir Amin dan Adre Gunder Frank dengan Teori Ketergantungan, Max Hokreimer, Hebert Marcuse, Theodor W. Adorno dengan Teori Kritisnya yang ingin membebaskan manusia dari belenggu penindasan dan penghisapan, tetapi anti dogmatisme yang artinya Marxisme tidak boleh dijadikan dogma (keyakinan membuta).

Abad Munculnya Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis

Pemikiran Sistem Ekonomi Sosialis sesungguhnya telah muncul sejak abad ke-16 yang disebut sebagai sosialisme utopis. Polarisasi yang tajam antara si kaya dan si miskin dalam struktur sosial ekonomi masyarakat Inggris pada abad ke-16 memunculkan berbagai kritik, yang konsepnya disebut sebagai “sosialisme utopia”. Gagasan ini merupakan tanggapan langsung pada tahap awal perkembangan kapitalisme, termasuk yang sebelum dikonsepsikan secara sistematis oleh Adam Smith pada tahun 1776. Tokoh-tokoh penganjur sosialisme utopia di antaranya adalah Thomas More (1478-1535), Tomasso Campanella (1568-1639), Franscis Bacon (1560- 1626), dan dikembangkan oleh Robert Owen (1771-1858), Charles Fourer (1772-1837), dan Louis Blanc (1811-1882).

Marx menyumbang kepada teori pembangunan ekonomi dalam tiga hal, yaitu dalam arti luas memberikan penafsiran sejarah dari sudut ekonomi, dalam arti sempit merinci kekuatan yang mendorong perkembangan kapitalis, dan terakhir menawarkan jalan alternatif tentang pembangunan ekonomi terencana.

Penafsiran secara materialistik terhadap sejarah yang mencoba untuk memperlihatkan bahwa semua peristiwa sejarah adalah hasil perjuangan ekonomi yang terus-menerus diantara berbagai kelas dan kelompok dalam masyarakat. Sebab utama perjuangan adalah pertentangan antara cara produksi dengan hubungan produksi. Cara produksi menunjuk pada perjanjian produksi tertentu dalam masyarakat yang menentukan keseluruhan cara hidup sosial, politis, dan keagamaan. Hubungan produksi berhubungan dengan struktur kelas masyarakat yang ditandai secara khas oleh komponen berikut:

  1. Organisasi buruh dalam bentuk pembagian kerja dan kerja sama, keterampilan kerja dan status buruh dalam konteks sosial yang berhubungan dengan tingkat kebebasan atau perbudakan.
  2. Lingkungan geografis dan pengetahuan tentang pemanfaatan sumber dan bahan.
  3. Proses dan sarana teknik dan keadaan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Menurut Marx, setiap struktur kelas masyarakat terdiri dari kelas pemilik tanah dan bukan pemilik tanah. Karena cara produksi tunduk pada perubahan maka evolusi masyarakat akan terjadi apabila kekuatan produksi bertentangan dengan struktur kelas masyarakat. Hubungan pemilikan yang ada berubah menjadi belenggu karena kekuatan produksi itu. 

Kemudian datanglah periode revolusi sosial. Periode ini menuju ke arah perjuangan kelas antara orang kaya dengan orang miskin, yang akhirnya meruntuhkan seluruh sistem sosial tersebut. Tetapi bagi Marx tidak pernah ada tatanan masyarakat yang menghilang sebelum keseluruhan kekuatan produksi tuntas berkembang, dan hubungan produksi yang baru dan lebih tinggi tidak pernah akan muncul sebelum kondisi material kehadirannya matang di dalam kandungan masyarakat yang lama.

Marx menggunakan teori nilai lebih sebagai basis ekonomi bagi perjuangan kelas di dalam kapitalisme, dan atas dasar teori nilai lebih inilah ia membangun suprastruktur analisa pembangunan ekonominya. Perjuangan kelas semata-mata hasil dari penumpukan nilai lebih di tangan segelintair kapitalis. Kapitalisme menurut Marx terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu para pekerja yang menjual tenaga buruh dan para kapitalis yang memiliki alat-alat produksi. 

Tenaga buruh serupa dengan komoditi lainnya. Pemilik tenaga menjual tenaganya menurut harga dalam pasar tenaga kerja, yaitu nilainya. Nilai disini sama dengan nilai komoditi lain, merupakan jumlah tenaga yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga buruh tersebut. Dengan perkataan lain, nilai tenaga buruh adalah nilai dari sarana kehidupan yang diperlukan untuk mempertahankan hidupnya, ditentukan oleh jumlah jam yang diperlukan untuk menghasilkan tenaga buruh itu.

Nilai komoditi yang diperlukan untuk nafkah kehidupan buruh tidak pernah sama dengn nilai produk buruh tersebut. Jika seorang buruh bekerja sehari sepuluh jam, tetapi ia memerlukan ia memerlukan enam jam untuk menghasilkan barang-barang guna memenuhi kehidupannya ia akan digaji sama dengan enam jam tenaga. Perbedaan senilai empat jam tenaga itu masuk ke kantong kapitalis dalam bentuk keuntungan, sewa dan bunga. Marx menyebut kerja yang tidak dibayar ini dengan nilai lebih. Kelebihan tenaga yang diberikan tanpa menerima apa-apa ini disebut oleh Marx sebagai tenaga lebih.

Tenaga lebih inilah yang membawa kepada akumulasi modal. Tenaga lebih semata-mata hanya memperbesar keuntungan kapitalis. Motif utama kapitalis adalah untuk meningkatkan nilai lebih guna memperbesar keuntungan. Ia mencoba memperbesar keuntungan dengan tiga cara :

  1. Dengan memperpanjang jam kerja agar meningkatkan jam kerja tenaga lebih.
  2. Dengan mengurangi jumlah jam yang diperlukan untuk menghasilkan makanan buruh. Ini sama juga dengan pengurangan dalam upah kehidupan.
  3. Dengan meningkatkan tenaga yaitu meningkatkan produktivitas tenaga. Ini memerlukan perubahan teknologi yang membantu meningkatkan keseluruhan output dan menurunkan biaya produksi.

Dari ketiga cara tersebut, menurut Marx, peningkatan produktivitas kerja adalah pilihan yang paling mungkin karena dua cara lainnya, yaitu memperpanjang jam kerja dan pengurangan upah, memiliki berbagai keterbatasan. Oleh sebab itu, agar dapat meningkatkan produktivitas tenaga, para kapitalis itu menabung nilai lebih tersebut, menginvestasikannya kembali dalam rangka memperoleh persediaan modal yang banyak dan dengan demikian merupakan penumpukan modal.

CIRI-CIRI DAN PRAKTIK SISTEM EKONOMI SOSIALIS

Sistem Ekonomi Kapitalis yang diterapkan di Eropa membawa kemakmuran bagi masyarakat, walaupun kemakmuran tersebut tidak bertahan lama. Pada awal abad ke-20, terjadi kondisi kelesuan ekonomi (malaises). Mekanisme pasar yang diharapkan menyelesaikan depresi ekonomi tersebut ternyata tidak kunjung terjadi. Maka kemudian muncul Sistem Ekonomi Sosialis yang pada abad ke-16 telah dipikirkan dan diyakini dapat menjawab masalah ekonomi saat itu.

Landasan Sistem Ekonomi Sosialis

Sistem Ekonomi Sosialis dilandasi oleh falsafah kolektivisme dan organisme. Kolektivisme adalah ajaran yang menyatakan bahwa setiap orang adalah warga masyarakat. Oleh karena masyarakat adalah sebuah kesatuan tersendiri maka kepentingan masyarakat harus lebih dahulu diutamakan daripada kepentingan pribadi. Organisme adalah pandangan bahwa selain kepentingan dan kebutuhan masyarakat, negara sebagai sebuah kesatuan juga memiliki kepentingan dan kebutuhan. Oleh karena itu, negara sebaiknya berperan besar dalam sistem ekonomi untuk menjamin pemenuhan kepentingan dan kebutuhan setiap warga negara (Hudiyanto, 2002: 33-34).

Dalam Sistem Ekonomi Sosialis, pemerintah sangat berperan untuk menentukan jalannya perekonomian, atau umum dikenal sebagai perencanaan terpusat atau centralized planning .sehingga hak milik dan inisiatif ekonomis individu kurang mendapat tempat yang layak. Di samping itu, negara adalah pelayan rakyat. Negara harus membuat undang-undang untuk melindungi kepemilikan bersama seluruh masyarakat atas alat-alat produksi. Di samping itu negara harus melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan menguntungkan kaum pekerja (Darsono, 2002: 18).

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis adalah:

  • Negara sangat berkuasa dalam pemilikan bersama (kolektivitas) semua faktor produksi. Pemilikan bersama ini dimaksudkan agar semua faktor produksi diarahkan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan bersama bukan berorientasi terhadap keuntungan pribadi.
  • Produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan (production for needs). Negara akan mengatur semua produksi barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat, bukan hanya barang dan jasa yang bernilai ekonomi saja karena seluruh kegiatan ekonomi tidak diarahkan untuk menimbun kekayaan individu tetapi kesejahteraan bersama.
  • Perencanaan ekonomi (economic planning). Negara melakukan perencanaan yang ketat untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam sistem ini mekanisme pasar tidak lagi berlaku karena negara yang menentukan semua harga (price setter).

Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, sistem ini ingin melindungi semua pihak, terutama kelompok marjinal yang tidak memiliki faktor produksi.

Perlindungan tersebut dimaksudkan agar semua masyarakat mendapatkan kesejahteraan yang setara. Namun, secara umum sistem ini menghambat ekspresi dan mengurangi semangat orang untuk bekerja dan berprestasi, yang pada akhirnya makin menurunkan kreativitas dan produktivitas masyarakat. Negara dan perencanaan ekonomi yang sentralistik tidak dapat menjamin bahwa produksi dan distribusi barang dan jasa sesuai kebutuhan masyarakat karena pada tingkatan tertentu negara tidak memiliki kemampuan produksi dan distribusi sebesar kebutuhan masyarakat.

Kelebihan Sistem Ekonomi Sentralistik

Kelebihan dari sistem ekonomi sentralistik adalah ia bisa membuat perencanaan tertentu secara mudah. Negara atau pemerintah dapat menentukan arah perekonomiannya secara keseluruhan. Perencanaan makroekonomi yang bisa mengatur tingkat konsumsi tingkat konsumsi dan investasi serta pengadaan barang-barang kolektif (barang publik) dan barang- barang konsumen akan lebih mudah dirumuskan dan diawasi. Model perencanaan sentralistik menekankan pentingnya pengetahuan mengenai faktor-faktor teknologis atas pengelolaan perekonomian secara keseluruhan sesuai dengan tujuan atau kehendak lembaga perencana pusat.

Kesulitan atau masalah praktis pertama yang dihadapi oleh badan atau lembaga perencanaan pusat dalam suatu ekonomi sentralistik yang bertanggung jawab melaksanakan fungsi alokasi sumber daya adalah bagaimana membangun sebuah sistem informasi yang seluas dan selengkap mungkin sehingga dapat merangkum setiap konsumen, produsen dan setiap jenis barang.

Suatu lembaga pusat tidak sekedar menetapkan harga begitu saja melainkan secara cermat menyusun tahapan-tahapan alokasi dari semua jenis barang dan jasa untuk berbagai keperluan atau penggunaan. Setelah itu, ia harus mampu mengumpulkan dan mengolah aneka informasi yang akan memungkinkannya memperkirakan kontribusi marjinal dari suatu barang dan jasa terhadap kesejahteraan semua penduduk. Setelah itu, lembaga tersebut harus dapat merumuskan rencana baru yang memanfaatkan berbagai input dari rencana sebelumnya sehingga ia bisa mengetahui jenis penggunaan barang dan jasa mana yang kontribusinya lebih tinggi sehingga dari waktu ke waktu ia bisa menyajikan rencana alokasi yang semakin baik. Dengan demikian sistem ekonomi sentralistik yang bersangkutan benar-benar mampu menjalankan fungsi alokasinya secara efisien.

Kelemahan Sistem Ekonomi Sentralistik

Kelemahan sistem ekonomi sentralistik terletak pada kecenderungan inefisiensi yang sangat besar atas pelaksanaan fungsi alokasi, terutama alokasi terhadap aneka barang atau produk konsumen dan alokasi permodalan. Meskipun lembaga pusat itu pada prinsipnya dapat, secara efisien, memberlakukan harga-harga bayangan dan rasio-rasio pertukaran antara berbagai jenis sumber daya atau faktor-faktor produksi, kemungkinan praktek pelaksanaan dari mekakisme semacam itu masih sangat diragukan. Pengawasan harga dan penerapannya sebagai alat atau instrumen untuk menentukan keputusan-keputusan ekonomi dari para konsumen dan produsen ternyata lebih cenderung mengakibatkan inefisiensi, baik dalam konsumsi maupun dalam produksi.

Dalam prakteknya, sistem ekonomi sentralistik justru banyak mengalami kegagalan fatal, tidak jarang sistem tersebut bahkan tidak mampu menjalankan fungsi-fungsi pengelolaan ekonomi yang paling mendasar. Ini dibuktikan dengan terjadinya kekurangan atau kelangkaan berbagai barang kebutuhan pokok, produksi yang berlebihan atas jenis produk tertentu, kekeliruan alokasi modal dan faktor produksi tenaga kerja sehingga mengakibatkan kelangkaan dana investasi dan lonjakan pengangguran.

Hal-hal seperti itu selalu muncul jika menyimak perekonomian dari negara-negar Eropa Timur. Lembaga perencanaan raksasa yang terdapat di negara-negara tersebut menggunakan harga untuk mengalokasikan sumber- sumber, namun harga-harga itu tidak sesuai dengan kondisi-kondisi permintaan dan penawaran. Dalam sistem ekonomi sentralistik yang ideal, instrumen harga tidak diperlukan. Negara atau pemerintah dapat mengetahui nilai relatif dari setiap jenis barang berdasarkan tingkat preferensi barang yang bersangkutan.

Akan tetapi dalam prakteknya tidak ada perekonomian yang bisa dikelola dengan cara seperti itu. Walaupun, sebagai contoh, perekonomian Uni Soviet dahulu pengaturannya didasarkan pada kerangka kerja perencanaan raksasa — untuk menjalankan fungsi alokasi sumber-sumber daya di berbagai kawasan, pabrik dan untuk seluruh konsumen — ia tetap menggunakan instrumen harga dalam bentuk tertentu, yakni harga administratif. 

Unit-unit tunggal dalam perekonomian Uni Soviet diberi suatu anggaran khusus agar masing-masing unit dapat membuat keputusan sendiri-sendiri mengenai alokasi sumber daya. Itu tidak berarti bahwa keputusan-keputusan dari unit- unit tersebut dapat sepenuhnya mengelola alokasi sumber daya; jadi disitu tetap terlihat adanya batas-batas tertentu dari fungsi perencanaan walaupun sebagian besar keputusan ekonomi dari para konsumen dan produsen tetap ditentukan melalui perencanaan.

Pada akhirnya serangkaian perubahan ekonomi secara drastis juga melanda kedudukan dan fungsi perencanaan. Dari waktu ke waktu makin terbukti betapa terbatasnya peran perencanaan sehingga para administrator harus mencari instrumen lain untuk mengumpulkan informasi untuk meningkatkan efisiensi.

Perubahan pola produksi dan manajemen dalam sistem ekonomi sentralistik menjadi semakin sulit ditangani akibat begitu kecilnya rangsangan dan insentif bagi setiap individu untuk berinisisatif menciptakan inovasi-inovasi yang diperlukan. Penerapan berbagai macam indikator kinerja tidak akan banyak membantu karena dalam sistem ekonomi sentralistik yang mengandalkan hirarki pengawasan secara ketat, indikator- indikator semacam itu sangat mudah dimanipulasi. Keruntuhan dramatis dan mendadak yang dialami oleh sistem-sistem ekonomi sentralistik Eropa Timur pada akhir tahun 1980-an nampaknya merupakan reaksi akhir atas berbagai kelemahan yang terkandung di dalamnya yang sudah sangat berlarut-larut.

Rangkuman Tentang Sistem-Ekonomi-Sosialis

Sosialisme muncul karena adanya eksploitasi kelas-kelas atas terhadap kelas- kelas bawah, penghisapan manusia atas manusia lain yang menyebabkan alienasi, keterasingan seseorang dari apa yang telah dibuat oleh tangannya sendiri. Hukum persaingan menuntut adanya peningkatan produktivitas secara terus-menerus. Artinya, biaya produksi perlu ditekan serendah mungkin sehingga hasilnya dapat dijual semurah mungkin dan dengan demikian menang terhadap hasil produksi saingan. Dengan demikian, lambat- laun semua bentuk usaha yang diarahkan secara tidak murni ke keuntungan akan kalah. Dan itu berarti bahwa hanya usaha-usaha besar yang dapat survive. Toko-toko dan perusahaan-perusahaan kecil tidak dapat menyaingi efisiensi kerja usaha-usaha besar. Lama-kelamaan semua bidang produksi maupun pelayanan dijalankan secara kapitalistik. Yang akhirnya tinggal dua kelas sosial saja; para pemilik modal yang jumlahnya sedikit dan modalnya amat besar, dan kelas buruh yang jumlahnya banyak dan tak punya apa-apa. Kelas buruh menjadi semakin sadar akan situasinya, akan ekploitasi yang mereka derita, akan kesamaan situasi mereka sebagai kelas proletariat. Mereka berhadapan dengan kaum kapitalis, kemudian kaum buruh mengorganisasikan diri dalam serikat-serikat buruh. Dengan demikian perjuangan proletarian semakin efektif. Solidaritas antara mereka semakin besar. Menurut Marx, kaum kapitalis yang memproduksi kelas proletar yang akan menghancurkan kapitalis sendiri, yakni ledakan revolusioner oleh kaum proletar yang tak dapat dihindari.

Dalam Sistem Ekonomi Sosialis, pemerintah sangat berperan untuk menentukan jalannya perekonomian, atau umum dikenal sebagai perencanaan terpusat atau centralized planning sehingga hak milik dan inisiatif ekonomis individu kurang mendapat tempat yang layak. Di samping itu, negara adalah pelayan rakyat. Negara harus membuat undang-undang untuk melindungi kepemilikan bersama seluruh masyarakat atas alat-alat produksi. Di samping itu negara harus melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan menguntungkan kaum pekerja.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Sosialis adalah:

  1. Negara sangat berkuasa dalam pemilikan bersama (kolektivitas) semua faktor produksi.
  2. Produksi dilakukan sesuai dengan kebutuhan (production for needs). c. Perencanaan ekonomi (economic planning).

Kelebihan dari sistem ekonomi sentralistik adalah ia bisa membuat perencanaan tertentu secara mudah. Negara atau pemerintah dapat menentukan arah perekonomiannya secara keseluruhan. Perencanaan makroekonomi yang bisa mengatur tingkat konsumsi tingkat konsumsi dan investasi serta pengadaan barang-barang kolektif (barang publik) dan barang- barang konsumen akan lebih mudah dirumuskan dan diawasi. Model perencanaan sentralistik menekankan pentingnya pengetahuan mengenai faktor-faktor teknologis atas pengelolaan perekonomian secara keseluruhan sesuai dengan tujuan atau kehendak lembaga perencana pusat.

Kelemahan sistem ekonomi sentralistik terletak pada kecenderungan inefisiensi yang sangat besar atas pelaksanaan fungsi alokasi, terutama alokasi terhadap aneka barang atau produk konsumen dan alokasi permodalan. Meskipun lembaga pusat itu pada prinsipnya dapat, secara efisien, memberlakukan harga-harga bayangan dan rasio-rasio pertukaran antara berbagai jenis sumber daya atau faktor-faktor produksi, kemungkinan praktek pelaksanaan dari mekakisme semacam itu masih sangat diragukan. Pengawasan harga dan penerapannya sebagai alat atau instrumen untuk menentukan keputusan-keputusan ekonomi dari para konsumen dan produsen ternyata lebih cenderung mengakibatkan inefisiensi, baik dalam konsumsi maupun dalam produksi. Kembali ke Beranda

Daftra Link Pembahasan-Sistem-Ekonomi Terbaru

Berikut ini adalah link artikel terkait Sistem Ekonomi, silahkan anda lihat dengan mengklik link dibawah sesuai dengan kebutuhan atau sesuai dengan judul yang anda cari.
  1. Daftar Pembahasan Sistem Ekonomi Paling Terkenal-Terbaik dan Terpopuler
  2. Sistem Ekonomi Pancasila, Pengertian, Landasan, Prinsip, Konsep dan Demokratisasi
  3. Sistem Ekonomi Indonesia, Warisan Kolonial, Era, Reformasi dan Agendanya
  4. Sistem Ekonomi Dualistik, Teori, Ciri, Dualisme, Krisis dan Kesimpulannya
  5. Sistem Ekonomi Campuran dan Ekonomi_Islam, Pengertian, Pengembang, Sejarah, Hubungan dan Modelnya
  6. Sistem Ekonomi Sosialis_Pasar |Konsep Dasar dan Kesimpulannya
  7. Sistem Ekonomi Sosialis, Pengertian, Sejarah, Konsep, Perkembangan dan Ciri_Cirinya
  8. Globalisasi Ekonomi dan Kapitalisme Global, Pengertian, Konsep dan Perkembangannya
  9. Sistem Ekonomi Kapitalis, Filosofi, Ciri, dan Perkembangannya
  10. Sistem Ekonomi Keadilan Sosial, Pengertian, Konsep, Prinsip dan Etika
  11. Sistem Ekonomi Kebijakan Publik, Pengertian, Ilustrasi, Pengaruh dan Peranan Pemerintah
  12. Mekanisme Kerja Sistem Ekonomi |Pelaku, Pola Hubungan, Kolonial Indonesia dan Struktur Sosial
  13. Konsep Dasar Sistem Ekonomi |Pengertian, Mekanisme, Pendekatan, Bentuk dan Model

Posting Komentar untuk "Sistem Ekonomi Sosialis, Pengertian, Sejarah, Konsep, Perkembangan dan Ciri_Cirinya"